DI LUAR KAMAR HUJAN

Puisi-puisi Isbedy Stiawan ZS ______________________________________________________________________

DI LUAR KAMAR HUJAN

kita pernah bertemu
di luar kamar hujan
mengumbar cinta
daun dan tanah berebut

“siapa pertama dicintai
hujan?”

di luar kamar hujan
berdatangan. kakikakinya
mengetuk bumi. tanah
daun menunggu rindu

“kita pernah bertemu
tak memikirkan hujan
yang berebut sampai
mengecup tanah
atau menciumi daun.”

kita pernah bertemu

 

AROMA TUBUHMU AKRAB KURASAKAN

aku tahu kau ada di sini
aroma tubuhmu yang akrab
kurasakan. dalam kelimunan
gemuruh atau sunyi. kau tetap
diam; seperti sembunyi dari
tumpukan kata dan canda

ada apa? kegaduhankah yang
memilihmu hening? kericuhan
apa sehingga kau jadi lengang?

duduk di sudut atau berdiam
di kelimunan. hanya membaca
gerak orang lain, memandangku
diamdiam. mungkin mencibir
barangkali rindu?

 

JIKA KOPI SUDAH TUMPAS
JAMUAN TELAH DIRAPIKAN

jika kopi sudah tumpas
jika jamuan telah dirapikan
mari menyeberang jalan,
ajak aku ke perjalanan lain

ke susur paling masyhur?

kubawa mengulang masa lampau
“kita selalu ingin de javu, bukan?”
bisikmu

aku tak akan menolak
pada mulanya aku mau ini
ingin mengulang yang baikbaik,
melupakan setiap luka atau memar
: pertarungan itu

pertempuran?
“kita selalu menang,” bisikmu

kita kenang ini lagi

 

GUGURLAH

gugurlah lukaluka itu
seperti daun kembali
menjadi humus. menciumi
tanah seperti mula datang

jika dedaun kembali ke tanah,
ke mana luka akan pulang?

pada masa lampau. barangkali
akan menetap. lalu dilupakan
kembali merangkai, bukan
luka. tapi untuk keriangan

2021

 

*******

 

Isbedy Stiawan ZS, lahir di Tanjungkarang, Lampung, dan sampai kini menetap di kota itu. Ia menulis puisi, cerpen, esai, dan karya jurnalistik.

Buku puisi terbarunya adalah Masih Ada Jalan Lain Menuju RumahmuKau Kekasih Aku Kelasi, Tersebutlah Kisah Perempuan yang Menyingkap Langit  (Teras Budaya, Agustus 2021), dan Buku Tipis untuk Kematian (basabasi Yogyakarta, 2021).

Related posts

Leave a Comment

nineteen − eight =